Minggu, 01 November 2015

Hectic October


Hai semuanya! Seperti biasa di artikel kali ini aku mau cerita tentang perenungan yang aku dapatkan dari bulan ini.

Bulan ini adalah bulan yang cukup hectic buatku. Tuhan ternyata telah menjawab semua pergumulanku selama ini (baca blog yang judulnya “Belajar Dari Hati” ya kalau mau tahu apa masalahku). Ia telah menambah-nambahkan murid yang sampai saat ini aku masih amaze banget dan ngak habis pikir. Semua murid-muridku tak pernah kukenal sebelumnya. Jadi semuanya didapat dari iklan di internet dan dikenalkan guru di tempatku mengajar.

Dalam kondisi seperti ini, jujur aku rasanya ngak bisa berhenti mengucap syukur buat berkat-Nya yang sama sekali aku ngak pernah pikirkan sebelumnya. Ini sangat sangat jauh melebihi ekspektasi. Saking jauhnya, aku sendiri mulai kewalahan untuk meng-handle murid-murid ini. Jadwalku langsung bertambah padat. Ditambah lagi aku harus latihan dengan giat karena aku harus improve teknik permainanku agar aku bisa mengajarkan teknik yang benar ke semua murid-murid. Tak hanya latihan piano klasik saja. Aku juga biasa menyisihkan waktu untuk berlatih piano pop karena sekarang aku kan sudah pelayanan. Jadi aku mau memaksimalkan talenta yang ada dalam diriku. Jadwalku bertambah padat karena aku juga masih harus ikut persekutuan, doa pengerja dan training di gereja. Akibatnya aku sering kali tidur jam dua belas dan bangun jam enam pagi supaya aku punya waktu untuk belajar banyak.

Sayangnya badanku rasanya belum bisa menyesuaikan dengan jadwalku yang padat ini. Aku akhirnya sakit selama dua minggu ini. Ngak enak banget sebenarnya karena sebagai guru, aku harus menghabiskan energiku dengan terus ngomong. Karena tak ingin sakitku bertambah parah, akhirnya aku tidur-tiduran di sela waktu mengajar. Jujur aku paling kesal kalau sudah seperti ini. Aku paling ngak suka tidur siang karena biasanya di saat seperti itu otakku akan bekerja dengan super aktif. Aku mulai memikirkan kekhawatiran masa depan yang sebenarnya masih belum kupikirkan karena Tuhanlah sutradara atas hidup kita.

Di saat seperti ini, muncullah suatu pemikiran “Coba kalau ngak ikut pelayanan. Pasti jadwalku ngak akan sesibuk sekarang.” Memang awal-awal pelayanan aku agak kurang srek sebenarnya dengan jemaat-jemaat yang ada. Mereka masih SMP atau SMA. Agak berbeda dengan kondisi waktu aku ada di komunitas rohani yang sebelumnya. Tapi entah mengapa Tuhan menaruh dalam hatiku bahwa panggilanku di situ. Memang aku telah bertumbuh banyak di komunitas sebleumnya. Tapi kalau Tuhan minta aku pindah, itu berarti Tuhan ingin aku dipakai secara maksimal di tempat yang baru. Jadilah aku pindah ke komunitas baru.

Balik lagi ke pemikiran tadi. Kalau dipikir-pikir pemikiranku ini egois sekali ya. Tuhan sudah memberiku talenta secara gratis dan aku seenaknya saja menyia-nyiakan talenta itu. Aku berniat untuk tidak memakai talenta itu untuk membuat hati banyak generasi muda lebih dekat lagi dengan Tuhan. Padahal Tuhan sudah memberiku kemampuan yang terus terang aku juga bingung kok bisa aku belajar secepat itu. Sebelum aku pelayanan, aku sama sekali ngak bisa transpose. Tapi sekarang, aku mulai pelan-pelan terlatih. Dulu aku juga suka salah memainkan chord dari sebuah lagu. Tapi sekarang kesalahanku mulai berkurang walaupun belum dalam tingkat sempurna.

Jadi aku mau bersyukur untuk setiap kesempatan yang sudah Ia beri. Ngak semua orang punya kesempatan untuk melayani Tuhan dan aku telah dipercayakan untuk melayani-Nya dengan cara yang ajaib. Aku mau saat aku dipanggil nanti Tuhan tersenyum karena aku telah melipat gandakan talenta yang Ia beri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar