Hai semuanya! Seperti biasa di artikel kali ini aku mau
cerita tentang perenungan yang aku dapatkan dari bulan ini.
Bulan ini adalah bulan yang cukup hectic buatku. Tuhan
ternyata telah menjawab semua pergumulanku selama ini (baca blog yang judulnya
“Belajar Dari Hati” ya kalau mau tahu apa masalahku). Ia telah
menambah-nambahkan murid yang sampai saat ini aku masih amaze banget dan ngak
habis pikir. Semua murid-muridku tak pernah kukenal sebelumnya. Jadi semuanya
didapat dari iklan di internet dan dikenalkan guru di tempatku mengajar.
Dalam kondisi seperti ini, jujur aku rasanya ngak bisa
berhenti mengucap syukur buat berkat-Nya yang sama sekali aku ngak pernah
pikirkan sebelumnya. Ini sangat sangat jauh melebihi ekspektasi. Saking
jauhnya, aku sendiri mulai kewalahan untuk meng-handle murid-murid ini.
Jadwalku langsung bertambah padat. Ditambah lagi aku harus latihan dengan giat
karena aku harus improve teknik permainanku agar aku bisa mengajarkan teknik
yang benar ke semua murid-murid. Tak hanya latihan piano klasik saja. Aku juga
biasa menyisihkan waktu untuk berlatih piano pop karena sekarang aku kan sudah
pelayanan. Jadi aku mau memaksimalkan talenta yang ada dalam diriku. Jadwalku
bertambah padat karena aku juga masih harus ikut persekutuan, doa pengerja dan
training di gereja. Akibatnya aku sering kali tidur jam dua belas dan bangun
jam enam pagi supaya aku punya waktu untuk belajar banyak.
Sayangnya badanku rasanya belum bisa menyesuaikan dengan
jadwalku yang padat ini. Aku akhirnya sakit selama dua minggu ini. Ngak enak banget sebenarnya karena sebagai guru, aku harus menghabiskan energiku dengan terus ngomong. Karena tak ingin sakitku bertambah parah, akhirnya aku tidur-tiduran di sela waktu mengajar. Jujur aku paling kesal kalau
sudah seperti ini. Aku paling ngak suka tidur siang karena biasanya di saat
seperti itu otakku akan bekerja dengan super aktif. Aku mulai memikirkan
kekhawatiran masa depan yang sebenarnya masih belum kupikirkan karena Tuhanlah
sutradara atas hidup kita.
Di saat seperti ini, muncullah suatu pemikiran “Coba kalau
ngak ikut pelayanan. Pasti jadwalku ngak akan sesibuk sekarang.” Memang
awal-awal pelayanan aku agak kurang srek sebenarnya dengan jemaat-jemaat yang
ada. Mereka masih SMP atau SMA. Agak berbeda dengan kondisi waktu aku ada di komunitas
rohani yang sebelumnya. Tapi entah mengapa Tuhan menaruh dalam hatiku bahwa
panggilanku di situ. Memang aku telah bertumbuh banyak di komunitas sebleumnya.
Tapi kalau Tuhan minta aku pindah, itu berarti Tuhan ingin aku dipakai secara
maksimal di tempat yang baru. Jadilah aku pindah ke komunitas baru.
Balik lagi ke pemikiran tadi. Kalau dipikir-pikir
pemikiranku ini egois sekali ya. Tuhan sudah memberiku talenta secara gratis
dan aku seenaknya saja menyia-nyiakan talenta itu. Aku berniat untuk tidak
memakai talenta itu untuk membuat hati banyak generasi muda lebih dekat lagi
dengan Tuhan. Padahal Tuhan sudah memberiku kemampuan yang terus terang aku
juga bingung kok bisa aku belajar secepat itu. Sebelum aku pelayanan, aku sama
sekali ngak bisa transpose. Tapi sekarang, aku mulai pelan-pelan terlatih. Dulu
aku juga suka salah memainkan chord dari sebuah lagu. Tapi sekarang kesalahanku
mulai berkurang walaupun belum dalam tingkat sempurna.
Jadi aku mau bersyukur untuk setiap kesempatan yang sudah Ia
beri. Ngak semua orang punya kesempatan untuk melayani Tuhan dan aku telah
dipercayakan untuk melayani-Nya dengan cara yang ajaib. Aku mau saat aku
dipanggil nanti Tuhan tersenyum karena aku telah melipat gandakan talenta yang
Ia beri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar