Jumat, 19 Juli 2013

Gott ist die Liebe versagt nie


Hai hai hai! Ini lanjutan blog yang gua tulis dua hari yang lalu.

Jadi sejam seudah gua nulis blog ini, gua dapet kabar yang menggembirakan. Rasanya bebanku seberat 100 ton diangkat (lebay mode on J)

Jadi ceritanya gini. Kepala bagian piano ngepost di FB yang memang dibuat khusus untuk para mahasiswa jurusan musik. Jadi semua murid-murid Mr. Hanaka disuruh email sang kepala bagian piano buat nanya dosen major mereka. Aku langsung kirim email ke dia. Duh rasanya deg-degan banget. Untungnya aku ngak perlu menanti lama-lama karena sepuluh menit kemudian dia langsung balas. Hasilnya surprise banget. Aku dapet guru major yang mutunya ngak kalah dengan Mr. Hanaka. Thank’s God banget. Your love never fail to me J

Rabu, 17 Juli 2013

Why?

Hai! Setelah satu tahun bikin blog tanpa ngepost apapun, akhirnya untuk pertama kalinya gua ngepost cerita hidup gua. Maklum tahun ini adalah tahun yang sibuk. Gua harus latihan berjam-jam setiap hari, ngerjain paper yang menumpuk, mempersiapkan presentasi, dll. Belum lagi tahun ini adalah tahun di mana banyak masalah yang terjadi di kehidupan gua. Di tulisan kali ini gua akan menceritakan masalah gua plus gimana cara gua survive dari masalah ini.

Tahun ini, dosen major gua memutuskan untuk pulang ke negara asalnya, Jepang. Sebut saja namanya Mr. Hanaka. Alasannya sih karena sakit. Tapi gua juga ngak yakin kalau dia bener-bener mau keluar hanya karena sakit. BTW, gua pernah mengalami kasus serupa pada tahun 2012. Pada tahun 2012, dosen major gua yang sama-sama datang dari Jepang juga memutuskan untuk resign dari kampus gua dan kembali ke Jepang. Alasannya sama. Sakit. 

Terus terang kalau dia hanya dosen teori atau dosen solfegio, gua ngak akan pusing. Tapi ini masalahnya dosen major. Gua udah PW banget diajar sama Mr. Hanaka. Orangnya sangat friendly, neranginnya cukup simple sehingga gampang dicerna. Gua ngak pernah mengalami rasa takut kalau mau major kalau diajar sama dia. Kalau dulu (sebelum diajar sama Mr. Hanaka), gua selalu sakit perut setiap kali mau major. Mungkin karena gua terlalu takut. Mr. Hanaka berhasil membuat gua menyukai piano dan musik klasik. Kalau sebelum diajar sama Mr. Hanaka, gua latihan karena gua takut diomelin. Tapi waktu gua jadi murid Mr. Hanaka, pandangan gua terhadap musik klasik berbeda. Gua sangat menyukainya. Dia juga selalu appreciate setiap kali gua bikin progress, walaupun progress-nya ngak banyak. Itu membuat gua semangat untuk mengeksplorasi teknik. Hasilnya kini gua tahu gimana cara latihan yang benar dan efektif.

Tapi sekarang masalahnya dosen major gua akan pergi. Ngak ada lagi orang yang appreciate sama progress gua (walaupun gua ngak tahu dosen major gua yang baru kayak apa). Gua cukup sedih dengan kepergian dosen major gua. Satu minggu setelah dia memutuskan untuk keluar, hati gua hancur. Mungkin kelihatannya gua baik-baik aja. Tapi itu kelihatannya. Gua memang ngak menangis seheboh teman-teman gua. Tapi dalam hati gua terus bertanya pada Tuhan. Why? Kenapa Mr. Hanaka keluar di saat gua benar-benar membutuhkan dia? Di saat gua udah PW? Gua harus mempersiapkan recital tahun depan.

Kalau misalnya gua bisa ketemu dosen pengganti yang ngak kalah bagus sih ngak apa-apa. Masalahnya hingga kini gua ngak tahu siapa dosen penggantinya. Gua terus bertanya-tanya. kenapa Mr. Hanaka ngak keluarnya pas gua udah lulus aja? Kenapa gua harus ganti dosen major untuk ketiga kalinya? 

Tapi setelah direnungin berhari-hari, gua mulai bersyukur buat masalah ini. Melalui masalah ini, gua sadar kalau gua ngak bisa berharap sama manusia. Di saat terjepit seperti ini, gua hanya bisa berharap pada Tuhan. Kalau tadinya gua cuma bisa bertanya "Why?" sama Tuhan, sekarang doa gua diubah. Gua berdoa semoga gua disadarkan kalau gua harus bersandar pada Tuhan. Setelah beberapa hari berdoa seperti itu, gua mulai mempunyai iman. Kini gua percaya segala sesuatu terjadi karena ada maksudnya. Gua percaya gua akan dapet dosen yang jauh lebih bagus dari Mr. Hanaka. Gua sangat bersyukur buat teman-teman di komsel gua yang terus mengingatkan gua untuk terus berharap pada Tuhan dan beriman.

Oh ya ada satu hal yang membedakan gua dari gua yang tahun ini dengan gua yang tahun dulu. Mungkin tahun dulu saat dosen major gua pertama kali memutuskan untuk keluar, gua stress banget mikirin siapa dosen major penggantinya. Gua ngak curhat sama Tuhan. Ini kesalahan terbesar gua. Padahal kalau misalnya gua curhat, gua ngak akan stress. Tapi untuk tahun ini, karena keadaan begitu menghimpit, gua curhat sama Tuhan. Gua cuma bisa berserah. Hasilnya gua bisa melewati liburan kali ini dengan enjoy. Ngak pake stress-stress kayak tahun lalu. Walaupun nasib dosen major gua buat semester depan masih ngak jelas.

So, buat kalian yang udah baca curhatan gua, gua punya satu pesan buat kalian. Ketika segala sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kalian, ketahuilah Tuhan punya rencana yang indah. Percaya kalau rencana-Nya berbeda dengan rancangan kita. Tapi rancangan-Nya ngak akan mendatangkan kecelakaan, tapi akan mendatangkan damai sejahtera.

God bless you all.