Seorang anak kecil berambut sebahu
duduk manis di sofa sebuah sekolah musik. Sesekali ia melihat ke arah jam
dinding. Sesekali ia melihat ke arah piala yang dimiliki sang anak pemilik
sekolah musik tersebut sambil merenung kapan ia bisa mempunyai prestasi di
bidang musik. Namun ia segera membuyarkan mimpinya karena ia tahu ia tidak akan
pernah bisa sampai pada tahap itu. Wong mau lulus ujian saja sudah
empot-empotan. Maklum tahun lalu anak itu hanya mendapat nilai seratus. Mungkin
kalian berpikir hebat banget anak ini bisa mendapat nilai seratus.
Permasalahannya adalah nilai seratus itu adalah nilai minimum atau bisa jadi
nilai belas kasihan. Bisa jadi sang penguji hanya kasihan pada anak itu dan
akhirnya meluluskannya dengan nilai yang sangat pas-pasan.
Ketika anak itu sedang asyik
merenung, datanglah anak dari pemilik sekolah musik tersebut. Ia pun menyapa
anak itu dengan ramah,” Del, belum dijemput?”
Anak itu langsung tersentak dari
lamunannya. Lalu ia menjawab dengan malu-malu. “Belum, Ci.”
“Sabar ya,” katanya sambil
berjalan menuju ke arah piano yang terletak di ruang tamu. Beberapa detik
kemudian, mulailah ia memainkan sebuah lagu karya Claude Debussy dengan jarinya yang begitu lincah dan gerakan tubuhnya yang sangat meyakinkan hingga
membuat sang anak berambut sebahu itu terpesona sekaligus sedih. Sedih karena
ia sudah mempelajari lagu Minuet karya Johann Sebastian Bach selama lima bulan
tapi belum juga menguasainya. Namun ia segera berpikir ‘kalau dia bisa harusnya
aku bisa’. Sejak saat itulah sang anak kecil itu terus giat berlatih. Walaupun
terkadang latihannya tidak membuahkan hasil dan tak jarang ia harus menitikkan
begitu air mata karena sulitnya dunia musik, tapi tetap ia percaya kalau suatu
waktu ia bisa bermain sebagus sang anak pemilik sekolah musik.
Setelah berulang kali dilecehkan oleh beberapa orang di sekitarnya, usaha anak itu barulah membuahkan
hasil setelah empat belas tahun kemudian. Akhirnya setelah empat belas tahun
kemudian barulah ia mampu bermain seindah anak pemilik tempat les itu. Dan anak itu adalah aku.
So, it’s all start from dream. If we can dream it, we can achieve it.
So, it’s all start from dream. If we can dream it, we can achieve it.