Hai! Maaf ya sudah lama ngak ngepost. Lagi sibuk banget
sekarang. Thank’s God aku bisa luangkan sedikit waktu untuk sharing di hari
Sabtu yang sangat padatttt ini.
Jadi bulan kemarin aku les piano lagi. Tujuan utamanya sih
untuk mendapatkan sertifikat yang lebih tinggi lagi. Ya, I really like to
always learn new things. Lagi pula persaingan kerja sekarang sudah sangat
kompetitif. Kupikir kita harus terus upgrade ilmu supaya ngak kalah sama
saingan.
Tujuan keduanya supaya aku rajin latihan lagi kayak waktu
kuliah. Karena semenjak aku lulus, frekuensi latihanku turun drastis. Kalau
biasanya waktu kuliah aku bisa latihan minimal empat jam, setelah kuliah syukur
banget kalau punya waktu dua jam penuh untuk latihan. Bukannya ngak ada waktu
sebenarnya. Cuma rasanya malas saja karena ngak ada lagi goal yang
diperjuangkan. Sebenarnya malu juga ya. Aku sebagai guru selalu meminta murid
untuk latihan minimal dua puluh menit setiap hari. Tapi akunya sendiri
malas-malasan kayak gini.
Oleh karena itu, aku memutuskan kalau aku harus les piano
lagi. Setelah menimbang-nimbang siapa guru yang terbaik, akhirnya pilihanku
jatuh pada seorang pianis Indonesia yang sudah sangat ternama di dunia musik.
Kulihat ia memiliki wawasan yang sangat luas serta teknik dan musikalitas yang
sangat bagus. Aku juga senang pada caranya penjelasannya yang selalu
dianalogikan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi aku lebih cepat mengingatnya.
Pertimbangan lain yang membuatku ingin les dengan dia adalah
murid-muridnya yang banyak memenangkan kompetisi. Mereka juga sering meraih
nilai yang sangat tinggi pada ujian piano.
Permasalahan timbul ketika ia memintaku untuk berlatih lagu
dari buku Hanon setiap harinya untuk meningkatkan teknik permainanku. Awalnya,
aku sangat depresi karena latihan ini membutuhkan kesabaran dan disiplin
tingkat tinggi. Setelah kira-kira tiga minggu berlatih Hanon, aku merasa
sepertinya kemampuan teknikku tidak berkembang. Akibatnya, fokusku selama bulan
kemarin adalah aku adalah murid terbodoh. (Padahal aku sendiri juga tidak pernah melihat semua permainan mereka) Rasanya aku tidak dapat bersuka cita
setiap harinya. Otomatis ini juga membuat pelayananku menjadi kurang berdampak.
Mana bisa membuat hati orang lain lebih dekat dengan Tuhan kalau hati sendiri
sedang tidak mood untuk menyembah Tuhan?
Minggu lalu, guruku memberiku sebuah analogi yang menurutku
sangat bagus. Seorang remaja laki-laki yang usianya sedang dalam masa puberitas
akan tumbuh dengan cepat. Namun jika seseorang bertemu dengannya tiap minggu,
tentu saja ia tidak menyadari pertumbuhannya. Perubahan itu baru berasa jika
sudah setahun tidak bertemu.
Belajar juga membutuhkan proses yang sama. Kita harus sabar
menanti proses tersebut. Tak mungkin dalam waktu sebulan, permainan kita bisa
langsung berubah banyak. Menurutnya, hal yang terpenting dari proses belajar
adalah progress.
Jadi bersabarlah dalam proses pembelajaran. God bless.