Minggu, 18 Juni 2017

My Second Year Ministry at LGF Youth Pluit

Tak terasa tepat bulan depan aku sudah melayani di LGF Youth Pluit or call it LYT. Time flies so fast!!! Bersyukur banget karena masih diberi kesempatan untuk melayani di tempat ini. All by His grace!

Dalam setahun belakangan ini, ada beberapa hal yang terjadi. Namun ada satu hal perubahan drastis dalam pelayananku belakangan ini. Kalau dulu aku hanya melayani di bidang musik yang memang menjadi kapasitasku, kali ini aku ditantang untuk melakukan sesuatu yang melebihi limitku.

Kisah ini bermula saat suatu Sabtu sore, ketua Youthku memanggilku. Saat itu aku tahu bahwa sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan walau ia belum mengutarakan maksudnya. Benar saja dugaanku. Aku diminta untuk menjadi ketua COOL. Memang sih hanya COOL kecil-kecilan yang diadakan setiap selesai ibadah. Aku sendiri merasa sangat tidak percaya diri awalnya dengan tanggung jawab baru ini. Aku bukan orang yang pintar bercakap-cakap atau sharing. Namun karena kupikir pengerja yang ada juga minim, maka akhirnya kuterima tanggung jawab itu.

Awalnya aku sangat tidak enjoy dengan jabatanku yang baru ini. Aku yang tadinya tidak pernah memulai pembicaraan harus belajar memulai komunikasi dengan orang lain. Selain itu, jika aku biasanya paling tidak pernah memulai chatting di WA atau line dengan orang lain, kini aku harus belajar untuk mulai perhatian pada anak-anak COOLku dengan menjapri mereka setiap minggunya. Yang terakhir (ini dia yang paling menyiksa), aku harus belajar untuk sharing supaya kerohanian anak-anakku juga bisa bertumbuh. Sayangnya aku tidak pintar menata kata-kata. Aku lebih suka mengutarakan keinginanku lewat tulisan.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku mulai bisa menikmati tanggung jawab baru ini. Pelan-pelan anak-anak COOLku mulai bisa membalas chat-chat yang bersifat pertanyaan pribadi.

Di tengah-tengah masa pelayananku, aku memilih untuk mengambil ujian piano yang menurutku susah. Fakta bahwa tingkat ketidak lulusan ujian ini cukup tinggi membuatku takut. Gara-gara ujian ini, aku sedikit mundur dari pelayananku karena fokus utamaku adalah ujian. Aku tidak mau sampai tidak lulus ujian ini. Akibatnya, aku mulai jarang menjapri anak-anak COOLku. Untuk urusan diriku sendiri saja sudah pusing, apalagi kalau harus menaruh perhatian pada anak-anak COOLku.

Kini aku sedikit menyesal dengan keegoisanku waktu itu. Beberapa anak keluar dari COOLku. Ya memang bukan seratus persen salahku. Tapi aku menyadari kalau kecuekanku sedikit banyak berakibat pada hal ini.

Sejak itu, aku mengkomitkan diri untuk menjapri semua anak-anak COOLku. Ya aku tahu aku bukan ketua yang baik. Aku terlalu serius dan tidak pandai berkata-kata. Aku juga bukan pemberi sharing yang baik. Tapi at least, aku mau mencoba
memberkati anak-anak muda tidak hanya dengan musik, tapi juga lewat kata-kata.


God help me to become a better leader that can bless every young generation.